Senin, 28 April 2008

SINGAWALANG, SI TANGGUH MELAWAN TBC

TBC kini harus kembali diwaspadai. Ia sudah menjangkiti dan menyebabkan kematian banyak orang. Tapi tak perlu cemas. Dengan daun singawalang ternyata penyakit menahun ini bisa ditaklukkan.



Diam-diam penyakit menular yang satu ini sangat mengerikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan penderitanya di Indonesia mencapai 583.000 orang dan ada kecenderungan bertambah 262.000 orang lagi di masa mendatang. Yang menyedihkan, seperti dikutip Kompas, 16 September 2001, setiap tahun sekitar 140.000 penderitanya meninggal. Itu artinya, setiap empat menit seorang penduduk Indonesia meninggal karena menderita penyakit ini. Yang lebih menakutkan, dalam setahun seorang penderita dapat menulari 10 orang lainnya. Itulah penyakit tuberculosis (TBC). Kalau perkiraan WHO di atas benar, maka dalam tahun depan akan ada 5.830.000 penderita!

Bila keadaan ini tidak segera ditangani, akan banyak nyawa melayang. Selama ini tindakan pencegahan yang populer di masyarakat adalah vaksinasi BCG pada balita.

Namun, masih ada “lubang” yang memungkinkan penyakit ini lolos. Kalau sudah berjangkit pengobatannya lebih sulit lagi. Ada prasyarat yang mesti dipenuhi, yakni tersedianya obat (perlu cukup uang), disiplin, dan sabar dalam menjalani pengobatan. Sayangnya, meski obat mampu disediakan toh dengan pertimbangan tertentu masih ada orang yang ragu menjalani pengobatan. Antara lain dengan alasan ngeri terhadap kemungkinan efek sampingan obat yang harus diminum tak kurang dari enam bulan. Karenanya, pengobatan alternatif dari bahan alami pun dicoba. Salah satu tanaman yang disebut-sebut bisa mengobati penyakit satu ini adalah singawalang (Petiveria alliacea).



Populer di Haiti

Singawalang merupakan salah satu tanaman dalam famili Phytolaccaceae (gandola-gandolaan). Sebagai tanaman introduksi, singawalang masuk ke Indonesia melalui India. Terna kecil berbentuk semak-semak merunduk ini tingginya bisa mencapai 1 m. Berdaun jorong dengan panjang 6 – 19 cm, meruncing atau lancip, tajam lampai, dan tak bertajuk. Buahnya longkah berbentuk garis seperti taji sepanjang 6 mm.

Singawalang dapat tumbuh subur di kebun-kebun di daerah panas. Ciri khasnya, berbau seperti marga bawang (Allium). Ia dapat memberi bau tak enak pada susu dan daging dari ternak yang memakan daunnya.

Karena berkhasiat obat, pada 10 April 1993, presiden RI ketika itu, Soeharto, menjulukinya daun tangguh. Budidayanya pun telah berhasil dilakukan untuk diambil daunnya sebagai bahan obat kanker.

Berdasarkan pengamatan lapangan maupun studi etnobotani di salah satu kampung di Bogor, diketahui tanaman singawalang sudah lama digunakan masyarakat secara turun-temurun sebagai obat tradisional penderita muntah darah (pneumonia) akibat penyakit TBC. Pengobatan tradisional ini juga banyak membantu penderita di sebagian belahan dunia. Upaya penelitian pun dilakukan dalam bidang etnobotani maupun farmakologi terhadap singawalang.

Singawalang, sudah dibudidayakan.

Di daerah asalnya, yakni Amerika tropis, singawalang digunakan sebagai bahan obat insektisida dan obat batuk rejan secara tradisional. Oleh penduduk setempat tanaman ini juga digunakan sebagai obat minum peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak (ekspektoran), peluruh keringat (sudorifik), peluruh cacing (vermifuga), pereda kekejangan (antipasmodik), dan obat bagi penderita penyakit saraf.

Di Haiti, daun dan akarnya yang ditumbuk digunakan sebagai obat isap bagi penderita radang sakit kepala sebelah (migren). Serbuk daunnya dimanfaatkan pula sebagai bahan obat cuci mulut pasien yang sakit gigi. Sementara masyarakat Dominika memanfaatkan air rebusan akar singawalang untuk mengobati penyakit rematik dan radang paru-paru (pneumonia) (Weniger B., 198 8)

Penelitian terhadap khasiat singawalang juga dilakukan dalam proyek penelitian yang disebut TRAMIL. Penelitian ini melibatkan berbagai disiplin ilmu, macam etnologi, botani, fitokimia, farmasi, kedokteran, dan masyarakat umum. Tujuannya, mengkaji lebih mendalam pengobatan tradisional yang bersifat populer, termasuk dengan ramuan tanaman singawalang, di Haiti, Republik Dominika, dan negara lainnya di kawasan Karibia.

Menurut Weniger B. dkk. dalam Elements For A Caribbean Pharmacopeia (1988), berdasarkan hasil analisis kimia di dalam tanaman singawalang terkandung senyawa triterpenes jenis isoarbinol, asetat, cinnamate isoarbinol, dan coumarin. Akar dan batangnya mengandung bahan jadian sulfur, benzthydroxyethyltrisulfide, trithiolaniacine, benzenic, bensaldehyde, dan benzoic acid.



Banyak manfaatnya, tapi sedikit beracun

Dari hasil uji coba pada hewan tikus di laboratorium Universitas Illionis Chicago, diketahui tanaman singawalang memiliki aktivitas antiradang (inflamantori), karena dengan segera menyalurkan nanah akibat radang. Ia juga mampu bertindak sebagai pereda sakit akibat timbunan asam asetat dalam selaput perut tikus.

Tes perlakuannya dimulai dari rebusan daun kering singawalang dengan dosis tepat disesuaikan dengan bobot tikus. Hasil pengamatan yang dilakukan, ternyata dengan dosis 6,25 g/kg bobot badan singawalang mengalangi timbunan cairan dan gas dalam jaringan (edema) pada kaki tikus. Pada dosis 10 g/kg terjadi pengurangan asam asetat yang mengakibatkan menggeliatnya tikus-tikus tersebut, tetapi tidak terdapat gejala keracunan setelah pengamatan selama tujuh hari berturut-turut.

Dari pengamatan in vitro, diketahui senyawa aktif singawalang mampu melawan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan jamur Histoplasma capsulatum. Atas dasar itu, senyawa ini dapat digunakan sebagai bahan obat antibakteri maupun antijamur. Namun, dalam ekstrak encer ia tidak menunjukkan pengaruhnya.

Senyawa tadi juga merangsang aktivitas darah putih (phagocytic) di sistem limpa, butiran getah bening, tulang belakang, dan hati (reticuloendothelial system) dalam membunuh kuman-kuman dan unsur-unsur asing lainnya. Sebaliknya, ia tidak aktif sebagai antitumor. Hasil itu diperoleh dari uji coba dengan dosis 360 mg/kg terhadap 100 ekor tikus, yang pada akhirnya separuh jumlah tikus tadi mati (LD50).

Berdasarkan analisis dan uji coba tersebut diperoleh gambaran, tanaman obat singawalang sedikit beracun. Namun, bila dimanfaatkan dengan hati-hati ia dapat digunakan sebagai bahan obat radang sakit kepala sebelah (migren) dan obat kumur untuk penderita sakit gigi. Sedangkan berdasarkan aktivitas biologi, singawalang dapat digunakan sebagai obat rematik, radang paru-paru (pneumonia), dan gas dalam perut (flatulence)

Berdasarkan pengalaman, setelah pengobatan selama seminggu penderita mulai merasakan tanda-tanda kesembuhan. Meski begitu sebaiknya penderita tetap memeriksakan diri ke dokter. Jika dari hasil diagnosis ia dinyatakan sembuh, lanjutkan pengobatan pencegahan dengan mengurangi hari minum menjadi tiga hari dalam seminggu. Hentikan pengobatan bila terasa sembuh betul. (Drs. Samiran)

dari : indomedia.com/intisari/2001/Okt

Dosis pemakaian

Untuk pengobatan diperlukan sebanyak lima (5) lembar daun singawalang yang telah dicuci bersih. Tumbuk halus sampai seperti bubur. Hasilnya diseduh dengan setengah (½) gelas air panas, bubuhi garam dan gula merah secukupnya. Lalu, diaduk sampai bahan-bahan itu larut. Akhirnya, saring dengan saringan teh untuk mendapatkan sarinya. Setelah dingin baru diminum. Dalam sehari minum dua kali.



TBC BISA PULA MENYERANG GINJAL

Sebagai penyakit infeksi menahun, TBC dapat menular melalui berbagai cara. Di antaranya lewat udara pernapasan atau dahak penderita TBC aktif yang batuk. Pada ibu hamil penderita TBC, penularannya ke bayi melalui plasenta, sehingga bayi yang dilahirkan akan menderita TBC kongenital (sejak lahir).

Salah satu penyebab penyakit ini adalah bakteri jenis Mycobacterium tuberculosis hominis. Mycobacterium tuberculosis bovin, yang biasa berjangkit pada hewan, juga dapat ditularkan melalui air susu sapi mentah. Mycobacterium tuberculosis avium pada burung kadang-kadang diketahui pula menyerang manusia.

Bakteri penyebab TBC awalnya ditemukan pada 1882 oleh ahli bakteri Jerman, Robert Koch. Bentuknya panjang seperti tubercle bacillus (bakteri berbentuk seperti kapsul) . Sinar matahari langsung dapat membunuh basil penyebab TBC dalam beberapa menit. Sebaliknya, basil dapat bertahan hidup dengan cara berlindung pada air liur dan nanah lebih lama. Bahkan, di dalam kondisi gelap dan tempat sejuk ia bisa hidup beberapa bulan.

Menurut D.G. Cooley dalam Family Medical Guide, faktor yang memudahkan timbulnya penyakit TBC pada manusia umumnya berhubungan dengan keadaan ekonomi yang serba kurang, perumahan kurang sehat dengan penghuni terlalu padat, makanan kurang bergizi, dan penyakit infeksi berulang.

Sebagai penyakit sistemik, TBC dapat menyerang semua alat tubuh. Umpamanya paru-paru, susunan saraf pusat, ginjal, tulang, sendi, dsb. Namun, penyakit ini paling sering menyerang paru-paru.

Gejala klinisnya sangat bervariasi dan tergantung pada luasnya, lamanya, dan jenis alat tubuh yang sakit. Gejala umum biasanya demam, batuk, batuk darah (pneumonia), kelemahan, tidak nafsu makan, bobot badan merosot, kurang darah (anemia), dsb. Gejala khusus bila infeksi mengenai alat tubuh di luar paru-paru, semisal perubahan cairan otak, kejang, dan menurunnya kesadaran akibat TBC pada susunan saraf pusat, atau kencing darah akibat TBC pada ginjal.

4 komentar:

Wood mengatakan...

Mas Djoddy,

Saya tertarik dengan postingan anda ini. Punya info dimana saya bisa mendapatkan tanaman ini untuk wilayah Jawa Timur? Atau mungkin ada yang menjual dalam bentuk olahan jadi?
Menurut mas djoddy, lebih baik pakai yang mana, mentahan atau olahan?
Terima kasih saya ucapkan sebelumnya.

Best Regards,

Edy

Wood mengatakan...

Mas, punya foto tanamannya?

nyenyet mengatakan...

mas,saya lagi butuh banyak informasi tentang singawalang,mulai dari marfologi,deskripsi , tempat tumbuh dsb...tolong ya mas..thnks
:)

Unknown mengatakan...

Pak Djoddy...
Boleh ga saya minta file jurnal atau yang lain berkaitan dengan singawalang??
saya sangat membutuhkannya unuk tugas tesis saya...
terima kasih banyak pak
soalnya di kampus saya memang belum pernah sama sekali melakukan penelitian mengenai tanaman ini baik sebagai anti kanker dan anti TB

Google