Minggu, 27 April 2008

Teh hijau mencegah Alzheimer

Para peneliti University of South Florida (USF) menemukan bahwa teh hijau berpotensi menguntungkan bagi kesehatan. Salah satu diantaranya adalah melindungi otak dari penyakit Alzheimer.

Dalam artikel Journal of Neuroscience, edisi September 2005, para peneliti USF melaporkan bahwa ada sebuah komponen teh hijau yang dapat mencegah Alzheimer – seperti kerusakan pada otak dari tikus yang secara genetik diprogram untuk meneliti proses penyakit neurodegeneratif. Komponen yang disebut epigallocatechin-3-gallate (EGCG), adalah anti oksidan utama dalam teh hijau. EGCG ini telah banyak diteliti karena diperkirakan dapat melawan kanker.

Tim USF memperlihatkan bukti pertama bahwa EGCG dapat menurunkan produksi protein beta-amyloid, yang secara normal dapat berakumulasi di otak dan dapat menyebabkan gangguan saraf dan hilangnya daya ingat. Penurunan beta-amyloid ini telah diteliti baik melalui kultur sel maupun tikus percobaan. EGCG berfungsi untuk memblok proses utama pembentukan protein yang berkaitan dengan Alzheimer dalam sel otak.

Setelah diuji cobakan pada tikus dengan penyuntikan EGCG murni setiap hari, selama beberapa bulan, para peneliti mengamati adanya penurunan dramatik, sebanyak 54 persen, sumbatan di otak.

“Penemuan tersebut membuktikan bahwa komponen teh hijau dalam konsentrasi tertentu dapat menurunkan bentuk sumbatan beta-amyloid di otak,” kata peneliti senior Jun Tan, PhD, MD yang juga Direktur Laboratorium Neuroimunologi Silver Child Development Center, Departemen Psikiatri, USF. “Jika patologi beta-amyloid pada tikus percobaan tersebut sama dengan patologi penyakit Alzheimer pada manusia, maka penggantian EGCG dapat secara efektif digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut,” tambah Jun Tan.

Teh hijau mengandung banyak anti oksidan, termasuk flavanoids yang dapat mencegah radikal bebas merusak otak. Namun Dr. Tan dan rekannya memperlihatkan bahwa ada flavanoids dalam teh hijau yang sebenarnya melawan kemampuan EGCG alami untuk mencegah beta-amyloid yang berbahaya. Karenanya Dr. Tan mengatakan bahwa meminum teh hijau saja tidak sama manfaatnya jika dibandingkan dengan mekanisme kerja EGCG.

Penemuan ini membuktikan bahwa ekstrak teh hijau, terutama EGCG dibutuhkan untuk menolak flavanoids lain yang berlawanan dengan teh hijau,” kata penulis hasil penelitian, Doug Shytle, PhD. “Generasi suplemen baru yang mengandung EGCG murni akan bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer,” tambah Shytle. Dr. Tan mengatakan bahwa setiap harinya manusia membutuhkan 1.500-1.600 mg EGCG, hampir sama dengan dosis yang disuntikkan pada tikus percobaan. Dosis tersebut telah diteliti pada relawan dan terbukti aman.

Para peneliti USF berencana untuk meneliti apakah pemberian EGCG secara oral dengan dosis ganda dapat meningkatkan hilangnya ingatan pada tikus percobaan seperti halnya menurunkan gangguan penyakit Alzheimer. “Jika penelitian-penelitian tersebut berhasil membuktikan adanya manfaat, kami yakin percobaan-percobaan klinis EGCG terhadap penyakit Alzheimer pasti terjamin,” kata Dr Tan.

dari : beritabumi.or.id

Tidak ada komentar:

Google